Hukum Pewarisan Sifat
Hukum Mendel I
Hukum Mendel I
Hukum
Mendel I disimpulkan dari persilangan monohibrid. Hukum ini disebut juga hukum
segregasi. Hukum I Mendel mengatakan bahwa pada waktu pembentukan
gamet, terjadi segregasi (pemisahan) alel-alel suatu gen secara bebas dari
diploid menjadi haploid.
Hukum
Mendel II
Test Cross, Back Cross, dan Persilangan
Resiprok
Testcross merupakan
persilangan antara suatu individu yang tidak diketahui genotipnya dengan induk
yang genotipnya homozigot resesif. Testcross dapat dilakukan
dengan individu yang bukan induknya, dengan syarat genotipnya diketahui
homoziogot resesif. Testcross ini antara lain digunakan untuk
menguji heterozigotas suatu persilangan.
Backcross merupakan
persilangan antara anakan F1 yang heterozigot dengan induknya
yang homozigot dominan.
Persilangan resiprok atau
persilangan tukar kelamin adalah persilangan ulang dengan jenis kelamin yang
dipertukarkan. Misalnya pada perkawinan monohybrid tanaman jantannya berbiji
bulat, sedangkan tanaman betina berbiji keriput. Maka pada perkawinan
resiproknya adalah tanaman jantannya berbiji keriput dan tanaman betinanya
berbiji bulat.
Penyimpangan Semu Hukum Mendel
Hukum I dan II
Mendel yang telah dipelajari sebelumnya pada persilangan monohybrid heterozigot
akan menghasilkan perbandingan fenotip 3:1, sedangkan persilangan dihibrid
heterozigot menghasilkan perbandingan fenotip 9:3:3:1
Pada
kenyataannya, kebanyakan sifat yang diturunkan dari induk kepada keturunannya
tidak dapat dianalisis dengan cara Mendel yang sederhana. Oleh karenanya, pertistiwa
ini disebutpenyimpangan semu hukum mendel.
1) EPISTASIS
Dua pasang gen
dominan menutupi pasangan gen dominan lainnya.
Memiliki perbandingan F2 heterozigot 12 : 3 : 1
Contoh: gen A = hijau, gen B = kuning. Gen A bersifat
epistasis terhadap gen B
Aabb =
berwarna hijau
aaBb =
berwarna kuning
aabb = tidak memiliki warna (putih)
AaBb =
berwarna hijau (dominan A mengalahkan dominan B)
2)
HIPOSTASIS
Dua pasang gen,
dimana ada pasangan gen dominan dan pasangan gen yang menimbulkan pigmen.
Memiliki perbandingan F2 heterozigot 9 : 3 : 4
Contoh: gen HH = hitam, gen II = memunculkan
pigmen, genhh = cokelat, gen ii = albino
HHIi = hitam
HHii = albino
hhii = albino
hhIi = cokelat
3)
POLIMERI
Interaksi dua
pasang gen yang saling mempengaruhi dan memberikan warna yang sama.
Memiliki perbandingan F2 heterozigot 15 : 1
Persilangan
antara gandum berkulit merah dengan gandum berkulit putih:
P : gandum berkulit merah
x gandum berkulit putih
M1M1M2M2 m1m1m2m2
F1 : M1m1M2m2 = merah muda
P2 :
M1m1M2m2 x
M1m1M2m2
F2 : 9 M1- M2
- : merah – merah tua
sekali
3 M1-
m2m2 : merah muda – merah tua
3 m1m1M2
- : merah muda – merah tua
1
m1m1m2m2 : putih
4)
KRIPTOMERI
Dua pasang gen
dominan memunculkan sifat baru yang sebelumnya tersembunyi.
Memiliki perbandingan F2 heterozigot 9 : 3 : 4
Persilangan Linaria
maroccana
A
: ada
anthosianin B : protoplasma basa
a
: tak ada anthosianin b : protoplasma tidak basa
P : merah
x putih
AAbb aaBB
F1 : AaBb = ungu (A dan B berada bersama memunculkan warna ungu)
5) ATAVISME
Interaksi
beberapa gen yang menimbulkan sifat baru dan gen tersebut sama kuat.
Memiliki perbandingan F2 heterozigot 9 : 3 : 3 : 1 dan biasanya
dicontohkan pada persilangan ayam yang menghasilkan jeniswalnut/rose/pea/single.
6) KOMPLEMENTER
Dua pasang gen dominan yang saling melengkapi.
Memiliki perbandingan F2 heterozigot
9 : 7
Perkawinan
antara dua orang bisu tuli
P : bisu
tuli x
bisu tuli
DDee
ddEE
F1
: DdEe = normal ( D dan E berinteraksi memunculkan sifat
normal)
0 komentar:
Posting Komentar